Sabtu, 08 November 2014

Asal Usul Pantai Wedi Ireng







 
Asal Usul Pantai Wedi Ireng
Indonesia adalah negara yang mempunyai beberapa wisata yang sangat indah nan mempesona. Sebagaian wisata yang dapat mengangkat nama Indonesia ke kancah Internasional adalah wisata Laut atau Pantai. Yang paling terkenal adalah Pantai-Pantai yang ada di Bali. Tetapi baru-baru ini ada wisata Pantai yang mengundang mata dunia yaitu Pantai Pulau Merah. Itulah sekilas beberapa wisata Pantai yang saat ini lagi menyita mata wisatawan asing yang berdatangan ke Indonesia.
Dibalik nama besar beberapa wisata Pantai tersebut terdapat salah satu Pantai yang mungkin sangat berbeda dengan yang lainnya, yaitu Pantai Wedi Ireng. Pantai Wedi Ireng terletak di kota Banyuwangi. Tepatnya di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Pantai ini terletak setelah Pantai Pulau Merah dan Pantai Mustika Pancer.
Mungkin sebagian orang tidak mengetahui keberadaan Pantai Wedi Ireng secara pastinya. Itu karena letaknya yang berdekatan dengan Pantai Mustika Pancer yang lebih dikenal oleh beberapa orang pada umumnya. Wisata ini dikatakan berbeda karena tempatnya yang tersembunyi membuat Pantai Wedi Ireng masih terjaga keasrian alamnya dan udara disanapun sangat sejuk. Itu semua disebabkan karena Pantai ini jarang terjamah oleh wisatawan asing maupun lokal. Bahkan masyarakat yang yang tinggal paling dekat dengan Pantai tersebut juga jarang berdatangan kesana. Mungkin hanya beberapa nelayan saja yang sering melintasi Pantai Wedi Ireng saat para nelayan mencari ikan disekitar pantai tersebut.
Pantai Wedi Ireng dikatakan menarik bukan hanya karena keasrian alam dan jarangnya terjamah oleh manusia, melainkan juga warna pasir yang berbeda dengan warna pasir di beberapa pantai pada umumnya. Pasir di Pantai Wedi Ireng berwarna hitam terang seperti namanya “Wedi Ireng dalam bahasa Jawa” yang dapat menambah keindahan Pantai ini. Karena saat matahari menyinari pasir maka akan memantulkan cahaya ke lautan seperti cahaya yang memantul saat terkena cermin.
Sekilas menarik jika kita mendengar cerita tentang keindahan Pantai Wedi Ireng. Tetapi dibalik keindahan tersebut ada History atau cerita rakyat tentang asal mula terbentuknya Pantai Wedi Ireng.
Pantai Wedi Ireng awalnya adalah Pantai Biasa dengan warna pasir yang sama dengan beberapa Pantai di Banyuwangi yaitu berwarna putih. Pantai Wedi Ireng dulunya menjadi kesatuan dan tergabung dengan Pantai Mustika Pancer. Dengan artian Pantai Wedi Ireng dulunya bisa disebut juga sebagai wilayah Pantai Mustika Pancer. Pantai Wedi Ireng adalah pecahan dari Pantai Mustika Pancer. Cerita rakyat yang berhembus adalah pada dahulu kala ada sepasang anak muda yang sangat setia dengan hewan yang selalu bersamanya. Mereka bernama Hasan dan Mustofa, dan hewan tersebut bernama Asih alias “Kucing betina berwarna Hitam”.
Awal pertemuan mereka dengan si kucing adalah pada saat kedua pemuda tersebut (Hasan & Mustofa) mencari kayu bakar di daerah Pantai Wedi Ireng. Karena letak Pantai ini harus menyebrangi laut, maka mereka selalu membawa bekal saat mencari kayu bakar. Karena, jika pulang menjelang sore air laut sudah naik dan para pencari kayupun terpaksa harus menginap di Pantai Wedi Ireng.
Ketika tiba ditempat Hasan & Mustofa langsung menebangi kayu-kayu kecil di dekat pesisis Pantai tersebut. Pada saat mereka asik menebang pohon-pohon kecil terkejutlah mereka saat mendengar teriakan kucing yang menjerit kesakitan atau dalam bahasa manusia mungkin si kucing berteriak minta tolong. Kucing itu terjepit diantara batu karang yang tajam di pinggir Pantai Wedi Ireng. Mendengar suara tersebut Hasan & Mustofa segera bergegas berlarian untuk menolong kucing malang tersebut.
Akhirnya dengan bergegasnya Hasan & Muftofa menolong kucing malang tersebut maka hewan kecil itu bisa lepas dari jeratan batu karang. Pasca kejadian tersebut si kucing selalu mengikuti Hasan & Mustofa berjalan. Bahkan kucing tersebut dengan setia menunggu Hasan & Mustofa mencari kayu dan menebang pohon-pohon kecil di sana. Melihat perilaku kucing hitam ini Hasan & Mustofa merasa senang dan mereka merasa mempunyai teman lagi selain mereka berdua.
Setelah hasil mencari kayu bakar sudah cukup banyak maka Hasan & Mustofa memutuskan untuk pulang karena melihat hari sudah hampir menjelang sore. Dengan langkah yang santai sambil bergurau Hasan & Mustofa selalu terkadang memperhatikan si kucing hitam yang polos tersebut. Setiba dipersebrangan Hasan & Mustofa berhenti sejenak untuk menghilangkan rasa capek dan lelah selama mengangkat kayu bakar.
Sambil beristirahat Hasan & Mustofa bermain dengan kucing tersebut. Mereka berdua membersihkan kotoran atau kutu-kutu yang hinggap di bulu halus si kucing. Gara-gara membersihkan kotoran di bulu kucing itu Hasan & Mustofa baru mengetahui bahwa kucing hitam lucu itu adalah seekor kucing betina. Merekapun berkata bahwa untung saja ini kucing, kalau manusia mungkin kita bisa bertengkar memperebutkanya. Dengan nada bercanda merekapun tertawa terbahak-bahak atas ucapan yang mereka lontarkan, dan akhirnya kucing itu diberi nama Asih. Setelah rasa capek hilang akhirnya Hasan & Mustofa pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Mereka berdua tinggal bersebelahan. Setiba dirumah Hasan & Mustofa menaruh kucing itu di sebuah kandang kecil di samping rumah.
Keesokan harinya Hasan & Mustofa kembali bergegas untuk mencari tambahan kayu bakar untuk beberapa hari. Maka dari itu mereka membawa bekal yang banyak dan sekiranya cukup untuk dibuat selama semalam dalam mencari kayu bakar. Mereka berduapun berjalan dengan rasa yang bahagia karena diperjalanan mereka juga ditemani oleh Asih (kucing hitam). Setiba di tempat Hasan & Mustofa langsung bergegas dengan cepat untuk menebang pohon-pohon kecil dan mengumpulkan kayu-kayu yang berserakan. Dengan tidak lupa mereke berdua juga memperhatikan si kucing yang senantiasa menunggunya.
Melihat Hasan & Mustofa yang dengan susah payah mencari kayu akhirnya keanehanpun ditunjukan oleh si kucing. Kucing itu berbicara dengan suara manusia. Asih berkata “sudahlah kalian berdua duduk saja, biar saya yang mendatangkan kayu dengan sendirinya. Asihpun menunjukan wujud yang sebenarnya kepada Hasan & Mustofa bahwa Asih adalah seorang penunggu di daerah Pantai itu. Dia menyamar sebagai kucing yang kesakitan agar Hasan & Mustofa tidak terus-terusan mengambil kayu di daerah itu karena dia (kucing) tidak suka jika apapun yang ada disekitar pantai terpencil itu diambil oleh manusia.
Mengetahui hal tersebut Hasan & Mustofa merasa agak ketakutan melihat sosok perubahan yang dilihatnya. Kucing itu berubah menjadi seorang wanita cantik yang tanpa Hasan & Mustofa sadari dia adalah seorang mahluk penunggu Pantai tersebut. Melihat Hasan & Mustofa merasa ketakutan akhirnya perempuan cantik (kucing hitam) itu mengatakan bahwa dia tidak akan menyakiti Hasan & Mustofa. Tapi wanita itu meminta agar mereka berdua segera pulang dan tidak kembali lagi mengambil kayu atau apapun yang ada disekitar Pantai.
Mendengar ucapan wanita cantik itu Hasan & Mustofa bukan langsung bergegas pulang tetapi mereka berdua secara bersamaan bilang kepada wanita cantik itu bahwa mereka menyukainya. Mendengar ucapan mereka (Hasan & Mustofa) kucing yang berubah menjadi wanita cantik itupun menolak untuk dicintai mereka. Wanita cantik itu beralasan bahwa kita berasal dari alam yang berbeda dan tidak mungkin bisa bersama.
Mendengar ucapan tersebut Hasan & Mustofa merasa kecewa. Pasca kejadian itu Hasan & Mustofa bukan langsung bergegas pulang. Tetapi mereka malah berjalan bersamaan menuju sebuah tebing diatas pantai yang dibawahnya adalah karang-karang bebatuan yang tajam. Hasan & Mustofa bermaksud untuk membuktikan cinta mereka kepada kucing hitam yang menjadi wanita cantik itu bahwa jika dengan mereka berdua hidup tidak bisa bersama kucing itu lagi maka mereka akan mengakhiri hidupnya agar berada di alam yang sama dengan Kucing yang menjadi wanita cantik tersebut. Hasan & Mustofa akhirnya terjun bebas dan mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Melihat aksi nekat yang dilakukan Hasan & Mustofa, Asih nama kucing hitam yang menjelma menjadi wanita cantik itupun merasa sangat menyesal dan bersalah akibat kejujuran yang dia perlihatkan kepada Hasan & Mustofa.
Akhirnya wanita cantik itu (kucing hitam) menggali kuburan di pesisir pantai untuk menguburkan mayat Hasan & Mustofa agar tidak hayut dibawa ombak laut yang tinggi. Karena merasa sangat bersalah dan menyesal atas perbuatannya maka wanita cantik itupun membuat pasir pantai tersebut berwarna hitam agar kelihatan sebagai pantai yang kotor dan tidak akan dijamah oleh manusia lagi. Karena dia (kucing hitam) tidak mau jika dikemudian hari jatuh korban lagi seperti yang dialami Hasan & Mustofa, dan untuk penghormatan kepada Hasan & Mustofa bahwa hanya mereka berdualah yang pertama dan terakhir datang ke Pantai iti.
Mengetahui cerita ini akhirnya masyarakat setempat memutuskan untuk memecah Pantai ini dengan Pantai Mustika Pancer untuk mengenang apa yang dilakukan kedua pemuda itu (Hasan & Mustofa). Dan akhirnya wilayah pecahan ini diberi nama “Pantai Wedi Ireng”. Inilah salah satu alasan kenapa penduduk setempat tidak mengunjungi Pantai ini sekitar beberapa tahun yang lalu. Warga setempat merasa agak ketakutan jika harus menginjakan kaki di Pantai Wedi Ireng karena kejadian beberapa tahun silam.
Sekian cerita rakyat yang dapat penulis sampaikan. Ini hanya cerita rakyat setempat yang belum pasti kebenarannya. Karena kebenaran yang sesungguhnya hanya tuhan lah yang maha mengetahui. Tidak lupa penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya  jika dalam cerita ini terdapat perbedaan dengan cerita yang masyarakat dapatkan dari sumber lain. Penulis harapkan kedepannya tidak ada perdebatan yang besar dalam cerita yang telah dibuat. Sekian dari penulis dan diakhiri dengan ucapan terimaksih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar